A radical Christian group has caused trouble in Tolikara district in Papua, burning a prayer room on Friday.
However, an activist from an organisation called 'Propagation Papua' says the incident made news because it involved Muslims and Christians but on the whole, in areas outside of Tolikara it's quite safe and there isn't a lot of conflict. In fact, he says, many Christians helped secure Idul Fitri. Leaders from both faiths don't want the incident to provoke tensions, especially via media circulation.
The activist spokesperson, Abdul Wahab said the radical Gospel Church of Indonesia group is a threat not just to mosques and prayer rooms but also to churches that disagree with its preaching.
Here it is in Indonesian:
Aktivis Dakwah: Pemuda Kristen Papua banyak ikut amankan Lebaran
Terkait dengan peristiwa pembakaran musala di Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua, pada Jumat pagi kemarin, Aktivis Dakwah Papua Ustaz Abdul Wahab mengatakan daerah Tolikara memang rawan konflik. Misalnya, konflik antar suku sama-sama kristen, konflik karena pilkada dan sebagainya.
"Apalagi di Tolikara pemberontak Organisasi Papua Merdeka juga eksis," kata Abdul Wahab via telepon, Sabtu (18/07).
Abdul Wahab menjelaskan, konflik yang terjadi di Tolikara menjadi berita nasional karena kebetulan melibatkan antara muslim dan kristen. Padahal untuk daerah selain Tolikara di Papua cukup aman. "Bahkan pemuda-pemuda kristen juga banyak yang ikut berpartisipasi mengamankan Hari Raya Idul Fitri."
Tokoh-tokoh agama, dia melanjutkan, baik Islam maupun Kristen juga menyayangkan terjadinya insiden Tolikara tersebut dan meminta agar kedua belah pihak tidak terprovokasi dengan berita-berita yang beredar di media-media.
"Tokoh-tokoh agama baik Islam maupun Kristen menyerahkan persoalan tersebut kepada pihak yang berwajib untuk mengusut masalah tersebut," ujarnya.
Di Papua, Abdul Wahab mengimbuhkan, memang ada kelompok radikal Kristen (Gereja Injil di Indonesia) yang menyebarkan brosur provokatif terkait kasus Tolikara ini. "Jangankan masjid atau musala, gereja yang tidak sepaham dengan kristen aliran GIDI ini juga akan dirobohkan."
"Bahkan mereka memaksa Kristen aliran lain untuk ikut gabung dengan mereka," kata Abdul Wahab menegaskan.
This article appeared 18 July in Merdeka.
But to balance it out, a show of tolerance in lovely Malang; where every Eid, Muslim worshipers are given the use of church courtyards to conduct prayers in.
No comments:
Post a Comment