Pemerhati anak warga negara
Australia, Colin Singer mengunjungi Lembaga Permasyarakatan (Lapas) Anak
Kutoarjo, Selasa (13/01/2015). Sekretaris LSM bidang hukum Justice for Peace
(JP) di negara bagian Australia Barat itu kagum dengan pola pembinaan anak didik
(andik) Lapas Kutoarjo.
Dalam kunjungannya, Colin
disuguhi berbagai fakta tentang kesibukan andik Lapas Anak Kutoarjo dalam
berlatih usaha, mendalami seni serta pendidikan formal. Bahkan Colin juga
membeli batik hasil karya para andik. "Bagi saya ini aneh, baru pertama
kali, namun saya sangat kagum melihat apa yang ada di Kutoajo," ucap Colin
menjawab pertanyaan KRjogja.com.
Kondisi tersebut berbeda
dengan di Australia. Lapas anak di Australia dibuat dengan sistem keamanan yang
ketat dan tidak ada kegiatan pembinaan seperti di Indonesia. Dalam peraturan di
Australia, lanjutnya, lapas memang dibuat untuk memberikan efek jera bagi
narapidana.
Untuk fasilitas, Lapas di
Australia dibangun dengan anggaran yang besar, sehingga setiap kamar tahanan
penuh dengan berbagai sarana untuk keperluan anak. Kendati demikian, kondisi
itu tidak menjamin penghuninya bisa direhabilitasi dan bisa kembali ke
masyarakat dengan baik. "Kebanyakan mereka terlibat kejahatan setelah
keluar dan kembali lagi ke lapas," ungkapnya.
This article originally appeared 13 January in Kedaulatan Rakyat.
No comments:
Post a Comment